Analisa Lembaga Pelestari Seni & Budaya Banten, tentang Banten Girang dan Tokoh : Mas Jong dan Agus Ju
Tokoh yang berperan dalam panggung sejarah Banten Girang atau Wahanten Girang, dimana dalam cerita tutur atau penulisan Sejarah hanya ada tokoh Ki Mas Jong dan tokoh Agus Ju saja yang kemudian menjadi satu tokoh, yakni Ki Mas Jongjo (Pucuk Umun Banten Girang).
Lembaga Pelestari Seni & Budaya Banten dalam hal ini bersikap lebih cenderung mengusulkan kepada para pembaca untuk merenungkan; bahwa bila Ki Mas Jongjo atau Ki Mas Jungju bila ditambahkan dua huruf “an” akan menjadi Ki Jungjunan yang berarti Kekasih atau Pemimpin dan dapat diartikan sebagai Pucuk Umun Banten Girang. (T. H. A : Poetjoek oemoen itoe artinja pepoetjoek di oemoen oemoen, mengertinja oedjoeng ataoe poentjak jang amat di sajang atau poela poentjak kesajangan ).
Sehingga bila Ki Mas Jungjunan satu Pribadi dan Ki Mas Jong (atau Ki Mas Jayakusuma atau kata Jong merupakan pelesetan dari kata Jaya) dan Ki Agus Ju (Ki Agus Juag; Juag = Tuan) merupakan dua pribadi yang lain, maka akan menjadi jelas, siapa yang dimakamkan di tempat suci Banten Girang dikomplek ISTANA TIRTALAYA dan siapa pula dua orang yang dimakamkan di sebelah selatan komplek Banten Girang dekat dengan Desa Dalung.
Adalah pantas bila yang dimakamkan di tempat suci Banten Girang adalah Sang Raja atau Pucuk Umun Wahanten Girang dimana dalam buku SEJARAH KABUPATIAN I BHUMI SUMEDANG 1150-1950, disebutkan bahwa Ki Mas Jungju sebagai raja Wahanten Girang (ponggawa penting Pakuan Padjadjaran yang ditempatkan di Banten Girang) yang tidak lain adalah Ki SURANGGANA atau KI SERENGGANE arau Sanghyang Suranggana dalam ucapan Jawa Banten,
Ia mempunyai adik yang bernama Ki Tumenggung Jayamenggala, seorang Tumenggung di Pakuan Padjadjaran (seorang ponggawa Pakuan Padjadjaran yang tidak tahan teman-teman seangkatannya telah di beri gelar Sanghyang) seseorang yang kemudian juga ikut di puja dan di puji di Banten, setelah masuk Islam mempunyai nama Ki Agus Molana (Juag Sepuh).
Akhirnya kami melihat bahwa kedudukan Ki Mas Jong (yang dimakamkan di Selatan Banten Girang Desa Dalung), jelas taklain merupakan putra dari Ki Mas Jungjunan sendiri alias putra Sanghyang Suranggana sebagai Pucuk Umun Banten Girang atau Ratu Ajar Wahanten Girang (baca Ratu Ajar= menurut konsep Dewaraja) putra Prabu Silihwangi dan Ratu Palagan Angris.
Sedangkan Ki Agus Ju adalah putra Ki Agus Molana (Juag Sepuh) alias Ki Tumenggung Jayamenggala (seorang tumenggung di Pakuan Padjadjaran yang bertugas sebagai penjaga pintu Saharta keraton Pakuan Padjadjaran) yang dimakamkan bersebelahan dengan Ki Mas Jungjunan kakak kandungnya, mereka adalah dua orang putra Prabu Silihwangi alias Prabu Jayadewata (Prabhu Guru Dewataprana/Sang Pamanahrasa) raja besar Sunda Padjadjaran melalui pernikahan dengan Ratu Palagan Angris.
Kalau demikian Ki Mas Jong dan Ki Agus Ju (yang dimakamkan di Selatan Banten Girang Desa Dalung) mereka kakak beradik sepupu keduanya adalah CUCU Prabhu Silihwangi + Ratu Palagan Angris.
Dari sumber lain mengenai sejarah gelar penanda keturunan mereka :
Maulana Hasanuddin, Raja ke-1 Banten, konon pernah memberikan arahan kepada Ki Mas Jong dan Ki Agus Ju selaku santri / murid beliau (namun sekaligus paman / mamang dari leluhur garis perempuan), apabila memiliki keturunan maka diharapkan keduanya memberikan ciri dalam nama keturunan keduanya.
Kepada Mas Jong, Maulana Hasanuddin konon berkata “Apabila suatu saat mempunyai anak, maka berilah nama anak laki-laki yang tertua dengan tambahan Mas dan yang termuda Entol dan apabila memiliki anak perempuan berilah nama Nyi Mas ”.
Kepada Agus Ju, Maulana Hasanuddin konon berkata “Apabila kelak satu saat mempunyai anak, maka berilah tambahan pada nama anak laki-laki yang tertua Ki Agus dan yang termuda Ki entol dan apabila memiliki perempuan berilah nama Nyi Ayu”. Demikianlah konon sejarah keturunan nyi mas, nyi ayu, entol, ki agus dan mas yang berasal dari keturunan santri/murid Maulana Hasanuddin.
Sampurasun.